TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - SDN 47 Jambi meliburkan siswa-siswinya selama empat hari, 6-9 November 2012.
Tindakan ini diambil pihak sekolah dan komite sekolah, untuk mengantisipasi penyebaran virus hepatitis A. Diberitakan sebelumnya, sejumlah murid di sekolah itu terkena hepatitis A.
Pihak Komite Sekolah dan Kepala SDN 47 mengambil keputusan, seluruh murid, baik yang sehat maupun tertular, wajib melakukan cek darah.
"Kami minta sekolah meliburkan selama empat hari, dengan pertimbangan secara medis memungkinkan penyebaran virus. Pihak sekolah sudah menyepakati," ujar Bambang Bayu Suseno, Ketua Komite Sekolah SDN 47 Kota Jambi, ketika jumpa pers di sekolah, Minggu (4/11/2012) sore.
Pengecekan darah, lanjutnya, bisa dilakukan di dokter, rumah sakit, atau puskesmas. Seluruh biaya cek darah, untuk sementara akan ditanggung oleh komite sekolah.
"Komite sekolah sementara yang akan menanggung," imbuhnya.
Dalam konferensi pers, hadir pula dokter Zakarias. Ia menjelaskan, meliburkan murid bertujuan mengantisipasi penyebaran dan memutus rantai penyakit.
Menurutnya, penyakit hepatitis merupakan penyakit menular, dan penyebaran virus karena tingkat kebersihan, jajanan, bisa juga karena drainase.
"Tidak bisa kita salahkan satu sisi penyebaran saja," ucapnya.
Kepala SDN 47 Syargawi menuturkan, informasi yang didapatkan pihak sekolah, sebanyak 20 murid telah tertular. Jumlah ini bertambah dari semula 15 murid. Pihaknya kemudian telah membuat laporan ke puskesmas, dan sekolah telah dicek dua kali.
"Info awalnya lima orang, kemudian terus bertambah. Sudah kami sampaikan surat edaran, puskesmas, dan imbauan ke orangtua murid. Kami juga sudah laporkan ke UPTD via telepon dan surat ke Diskes," ungkap Bambang.
Perihal tindak lanjutnya, pihak sekolah menunggu dari dinas terkait.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi Polisman Sitanggang, menyayangkan keputusan libur yang diberlakukan pihak SDN 47.
Menurutnya, keputusan yang diambil pihak sekolah terlalu tergesa-gesa, tanpa ada koordinasi dengan Diskes.
"Sebenarnya keputusan libur terlalu tergesa-gesa tanpa dasar yang kuat. Itu juga bukan KLB, jangan terlalu didramatisir," katanya ketika dikonfirmasi via telepon, kemarin.
Ditanya apakah keputusan libur tidak tepat untuk mengantisipasi jatuhnya korban lebih banyak, Polisman mengatakan tidak semuanya benar.
Memang pihaknya sedang melakukan pengumpulan data untuk mengetahui sumber penyakit, namun itu bisa dilakukan tanpa meliburkan murid, sehingga murid tidak perlu ketinggalan pelajaran.
"Kami belum tahu penyebabnya dari dalam atau luar sekolah, kami sedang selidiki. Tapi, sebenarnya enggak ada yang perlu dikhawatirkan," paparnya.
Polisman mengatakan, saat ini pihaknya sudah mulai mengkroscek data ke rumah sakit. Sesuai rencana, hari ini, Senin (5/11//2012), ia akan mengutus tim ke sekolah untuk melakukan penelitian.
"Besok (hari ini) pagi kami kirim tim ke SDN 47 untuk mengecek sekaligus koordinasi dengan guru, agar sama-sama mengatasi masalah ini," terangnya.
Ditanya soal biaya perawatan, Polisman menyampaikan bahwa pemerintah sejauh ini belum mengalokasikan dana, karena kasus yang menimpa murid dan guru di SDN 47 bukan termasuk kategori KLB.
Namun, jika ada diantara korban yang berasal dari keluarga kurang mampu, maka SKTM bisa digunakan.
"Sejauh ini belum ada yang mengeluhkan soal biaya perawatan. Mereka hanya minta penyebab penyakit segera ditemukan dan dihentikan. Itu pasti akan kami lakukan. Namun, bila ada korban yang berasal dari keluarga kurang mampu, bisa pergi ke puskesmas dengan membawa SKTM," paparnya.
Anggota Komisi D DPRD Kota Jambi Jefri Bintara Pardede, meminta instansi terkait segera mengambil tindakan, agar penyakit serupa tidak menyerang lebih banyak orang. Ia juga meminta kepada pihak sekolah untuk lebih menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
"Kami sempat lihat juga di sana kan ada galon air minum yang disediakan untuk murid dan guru. Mungkin gelas-gelasnya itu juga perlu diperhatikan kebersihannya," usulnya. (*)
Tindakan ini diambil pihak sekolah dan komite sekolah, untuk mengantisipasi penyebaran virus hepatitis A. Diberitakan sebelumnya, sejumlah murid di sekolah itu terkena hepatitis A.
Pihak Komite Sekolah dan Kepala SDN 47 mengambil keputusan, seluruh murid, baik yang sehat maupun tertular, wajib melakukan cek darah.
"Kami minta sekolah meliburkan selama empat hari, dengan pertimbangan secara medis memungkinkan penyebaran virus. Pihak sekolah sudah menyepakati," ujar Bambang Bayu Suseno, Ketua Komite Sekolah SDN 47 Kota Jambi, ketika jumpa pers di sekolah, Minggu (4/11/2012) sore.
Pengecekan darah, lanjutnya, bisa dilakukan di dokter, rumah sakit, atau puskesmas. Seluruh biaya cek darah, untuk sementara akan ditanggung oleh komite sekolah.
"Komite sekolah sementara yang akan menanggung," imbuhnya.
Dalam konferensi pers, hadir pula dokter Zakarias. Ia menjelaskan, meliburkan murid bertujuan mengantisipasi penyebaran dan memutus rantai penyakit.
Menurutnya, penyakit hepatitis merupakan penyakit menular, dan penyebaran virus karena tingkat kebersihan, jajanan, bisa juga karena drainase.
"Tidak bisa kita salahkan satu sisi penyebaran saja," ucapnya.
Kepala SDN 47 Syargawi menuturkan, informasi yang didapatkan pihak sekolah, sebanyak 20 murid telah tertular. Jumlah ini bertambah dari semula 15 murid. Pihaknya kemudian telah membuat laporan ke puskesmas, dan sekolah telah dicek dua kali.
"Info awalnya lima orang, kemudian terus bertambah. Sudah kami sampaikan surat edaran, puskesmas, dan imbauan ke orangtua murid. Kami juga sudah laporkan ke UPTD via telepon dan surat ke Diskes," ungkap Bambang.
Perihal tindak lanjutnya, pihak sekolah menunggu dari dinas terkait.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi Polisman Sitanggang, menyayangkan keputusan libur yang diberlakukan pihak SDN 47.
Menurutnya, keputusan yang diambil pihak sekolah terlalu tergesa-gesa, tanpa ada koordinasi dengan Diskes.
"Sebenarnya keputusan libur terlalu tergesa-gesa tanpa dasar yang kuat. Itu juga bukan KLB, jangan terlalu didramatisir," katanya ketika dikonfirmasi via telepon, kemarin.
Ditanya apakah keputusan libur tidak tepat untuk mengantisipasi jatuhnya korban lebih banyak, Polisman mengatakan tidak semuanya benar.
Memang pihaknya sedang melakukan pengumpulan data untuk mengetahui sumber penyakit, namun itu bisa dilakukan tanpa meliburkan murid, sehingga murid tidak perlu ketinggalan pelajaran.
"Kami belum tahu penyebabnya dari dalam atau luar sekolah, kami sedang selidiki. Tapi, sebenarnya enggak ada yang perlu dikhawatirkan," paparnya.
Polisman mengatakan, saat ini pihaknya sudah mulai mengkroscek data ke rumah sakit. Sesuai rencana, hari ini, Senin (5/11//2012), ia akan mengutus tim ke sekolah untuk melakukan penelitian.
"Besok (hari ini) pagi kami kirim tim ke SDN 47 untuk mengecek sekaligus koordinasi dengan guru, agar sama-sama mengatasi masalah ini," terangnya.
Ditanya soal biaya perawatan, Polisman menyampaikan bahwa pemerintah sejauh ini belum mengalokasikan dana, karena kasus yang menimpa murid dan guru di SDN 47 bukan termasuk kategori KLB.
Namun, jika ada diantara korban yang berasal dari keluarga kurang mampu, maka SKTM bisa digunakan.
"Sejauh ini belum ada yang mengeluhkan soal biaya perawatan. Mereka hanya minta penyebab penyakit segera ditemukan dan dihentikan. Itu pasti akan kami lakukan. Namun, bila ada korban yang berasal dari keluarga kurang mampu, bisa pergi ke puskesmas dengan membawa SKTM," paparnya.
Anggota Komisi D DPRD Kota Jambi Jefri Bintara Pardede, meminta instansi terkait segera mengambil tindakan, agar penyakit serupa tidak menyerang lebih banyak orang. Ia juga meminta kepada pihak sekolah untuk lebih menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
"Kami sempat lihat juga di sana kan ada galon air minum yang disediakan untuk murid dan guru. Mungkin gelas-gelasnya itu juga perlu diperhatikan kebersihannya," usulnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar